10 Konflik Israel-Palestina: Sejarah yang Berlanjut
Konflik Israel-Palestina adalah salah satu konflik terpanjang dan paling kompleks dalam sejarah modern, dengan akar sejarah yang dalam dan banyak faktor yang terlibat. Konflik ini melibatkan persaingan atas tanah dan identitas antara dua kelompok yang mendiami wilayah yang sama di Timur Tengah. Berikut adalah 10 momen penting dalam sejarah konflik Israel-Palestina:
1. Deklarasi Balfour (1917)
Pada tahun 1917, Inggris mengeluarkan Deklarasi Balfour, yang mendukung pendirian “rumah nasional bagi orang Yahudi” di Palestina. Meskipun tidak menyebutkan detail lebih lanjut tentang hak-hak orang Arab Palestina, deklarasi ini dianggap sebagai salah satu penyebab awal ketegangan, karena mengabaikan aspirasi nasional masyarakat Arab yang sudah ada di wilayah tersebut.
2. Mandat Inggris atas Palestina (1917-1948)
Setelah Perang Dunia I, Liga Bangsa-Bangsa memberikan mandat kepada Inggris untuk mengelola wilayah Palestina. Selama masa mandat ini, ketegangan antara komunitas Yahudi dan Arab meningkat, terutama setelah gelombang imigrasi Yahudi ke Palestina, yang semakin memperburuk ketegangan atas klaim terhadap tanah tersebut.
3. Pendirian Negara Israel (1948)
Pada 14 Mei 1948, David Ben-Gurion, pemimpin Zionis, mendeklarasikan pendirian negara Israel. Keputusan ini memicu Perang Arab-Israel 1948, yang dikenal juga dengan nama Nakba (malapetaka) oleh orang Palestina. Negara-negara Arab menentang pembentukan Israel, namun Israel berhasil mempertahankan kemerdekaannya dan memperluas wilayahnya. Ribuan orang Palestina terpaksa mengungsi atau dipaksa meninggalkan rumah mereka.
4. Perang Arab-Israel 1967 (Perang Enam Hari)
Pada Juni 1967, perang besar antara Israel dan negara-negara Arab meletus, yang dikenal sebagai Perang Enam Hari. Israel berhasil mengalahkan pasukan Arab dan merebut Tepi Barat, Gaza, Jerusalem Timur, serta Dataran Tinggi Golan. Setelah perang ini, Israel menguasai wilayah yang kini menjadi fokus utama dalam konflik dengan Palestina, termasuk Jerusalem Timur, yang dianggap oleh Palestina sebagai ibu kota masa depan mereka.
5. Resolusi PBB 242 (1967)
Setelah Perang Enam Hari, Dewan Keamanan PBB mengeluarkan Resolusi 242, yang menyerukan Israel untuk menarik diri dari wilayah yang diduduki, termasuk Tepi Barat dan Gaza, sebagai bagian dari penyelesaian damai. Namun, Israel menanggapi dengan membangun pemukiman di wilayah-wilayah yang diduduki, yang menjadi sumber ketegangan lebih lanjut dengan Palestina dan negara-negara Arab.
6. PLO dan Intifada Pertama (1987-1993)
Pada akhir 1980-an, Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) mulai mendapat dukungan internasional. Intifada pertama (1987-1993) adalah pemberontakan massal oleh orang Palestina di Tepi Barat dan Gaza terhadap pendudukan Israel. Protes ini disertai dengan kekerasan, dan Israel menanggapi dengan tindakan militer. Intifada ini meningkatkan kesadaran global terhadap penderitaan orang Palestina.
7. Proses Perdamaian Oslo (1993)
Pada tahun 1993, terjadi terobosan dalam upaya perdamaian melalui Proses Oslo, yang menghasilkan Perjanjian Oslo antara Israel dan PLO. Perjanjian ini mengarah pada pengakuan timbal balik antara Israel dan PLO, serta pembentukan Otoritas Palestina yang memerintah sebagian wilayah Tepi Barat dan Gaza. Namun, implementasi penuh dari perjanjian ini terganjal oleh masalah-masalah seperti status Jerusalem dan pemukiman Israel di wilayah yang diduduki.
8. Intifada Kedua (2000-2005)
Pada tahun 2000, ketegangan kembali meningkat, yang memuncak dalam Intifada Kedua atau Intifada al-Aqsa, yang terjadi setelah kunjungan Ariel Sharon, pemimpin Israel, ke Masjid Al-Aqsa di Jerusalem, yang dianggap provokatif oleh banyak orang Palestina. Kekerasan meletus di seluruh wilayah, dengan serangan bom bunuh diri oleh kelompok-kelompok Palestina dan serangan udara oleh militer Israel. Intifada ini berakhir pada tahun 2005, namun dampaknya tetap terasa hingga saat ini.
9. Perang Gaza 2008-2009 dan Operasi Militer Israel
Pada akhir 2008, ketegangan antara kelompok militan Palestina Hamas yang menguasai Gaza dan Israel meningkat, yang menyebabkan Perang Gaza 2008-2009. Operasi militer Israel yang disebut Operasi Cast Lead mengakibatkan banyak korban jiwa, terutama di pihak Palestina, dan memperburuk situasi kemanusiaan di Gaza. Konflik ini berulang dalam beberapa kali serangan besar antara Israel dan kelompok militan Palestina, termasuk pada tahun 2012, 2014, dan seterusnya.
10. Pemukiman Israel dan Konflik Terus Berlanjut
Pemukiman Israel di wilayah yang diduduki, termasuk di Tepi Barat dan Jerusalem Timur, terus berkembang meskipun ditentang keras oleh komunitas internasional. Sementara itu, Hamas dan kelompok militan Palestina lainnya terus melakukan serangan terhadap Israel. Konflik ini terus berlanjut, dengan upaya diplomatik yang sering kali gagal, dan situasi kemanusiaan yang semakin buruk bagi warga Palestina, terutama di Gaza.
Kesimpulan
Konflik Israel-Palestina merupakan masalah yang sangat kompleks dan penuh dengan ketegangan politik, sosial, dan agama. Meskipun telah ada berbagai upaya perdamaian, baik dari pihak internasional maupun lokal, ketegangan dan kekerasan terus berlanjut. Perbedaan klaim atas tanah, status Jerusalem, pemukiman Israel, serta hak-hak pengungsi Palestina adalah isu-isu utama yang belum diselesaikan, menjadikan konflik ini sebagai salah satu tantangan terbesar dalam mencari perdamaian di Timur Tengah.